Srimpi Gambirsawit merupakan tari klasik Keraton Yogyakarta yang sudah ada sejak masa Sri Sultan Hamengku Buwono VIII (1921-1939). Tarian ini termuat dalam manuskrip Kagungan Dalem Serat Kandha Bedhaya Srimpi yang kini tersimpan di Perpustakaan Kawedanan Widya Budaya Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dengan kode BS.

Srimpi Gambirsawit memiliki kekhasan yang membedakannya dari srimpi-srimpi lain, antara lain saat adegan berperang berlangsung sepasang penari membelakangi lawan yang kemudian akan tertembak. Ragam gerak tersebut dilakukan secara bergantian. Dalam epos Mahabharata dan Serat Pasindhen, Arjuna dan Adipati Karna diceritakan beradu panah ketika berperang, tetapi dalam Srimpi Gambirsawit, mereka menggunakan pistol. Senjata api tersebut merupakan properti bawaan sejak pertama kali tari ini diciptakan. 

Nama tarian ini diambil dari gendhing pengiring utama, yaitu Gendhing Gambirsawit. Secara umum, gendhing dalam Srimpi Gambirsawit berlaras Slendro Pathet Sanga, adapun urutan iringannya adalah sebagai berikut : Lagon Wetah, Ladrang Dhandanggula Clunthang (kapang-kapang maju), Lagon Jugag, Sekar Tengahan Lonthang, Gendhing Gambirsawit Kendhangan Candra, Ladrang Gonjang-Ganjing (kapang-kapang mundur), Lagon Jugag, Ladran Dhandanggula Kentar, dan Lagon Jugag. Lampah Bedhayan digunakan sebagai iringan masuk dan keluarnya penari. Ini merupakan tradisi bedhaya dan srimpi yang diiringi gendhing berlaraskan slendro. (Aim)

sumber : kratonjogja.id