Yogyakarta (08/09/2022) paniradyakaistimewan.jogjaprov.go.id -  Podcast Rembag Kaistimewan kali ini mengambil tema "Penguatan Bhinneka Tunggal Ika Menuju Jogja Istimewa" yang ditayangkan secara live streaming di channel YouTube Paniradya Kaistimewan, Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang didanai dengan Dana Keistimewaan. Podcast ini menghadirkan beberapa narasumber yaitu, Aris Eko Nugroho selaku Paniradya Pati Kaistimewan, Marcelinus Sukarno Tri Pandan Raharjo selaku Kepala Bidang Ketahanan Sosial & Budaya Badan KESBANGPOL DIY, dan juga Diasma Sandi Swandara selaku Dosen Ilmu Pemerintahan STPMD "APMD". Kegiatan ini juga turut dimeriahkan dengan penampilan dari PCA Entertainment dan Sanggar Kharisma Dance. 

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika sudah menjadi sebuah kewajiban bagi setiap warga negara Indonesia untuk mengetahuinya, namun tidak sekadar itu saja, prinsip yang terkandung di dalamnya juga harus diterapkan dengan baik. Masyarakat Indonesia bernaung di bawah prinsip yang sama, yaitu prinsip Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Yogyakarta merupakan muara dari sumber ilmu, dan biasa disebut dengan Kota Pendidikan, hampir dari 34 provinsi ada semua di Yogyakarta.

"Artinya ketika ada mahasiswa yang datang untuk menimba ilmu, mereka tidak hanya datang untuk menimba ilmu, upaya kami dalam menanamkan semangat Bhinneka ini yaitu mengajak untuk melebur atau menyatu bersama dengan masyarakat Yogyakarta agar saling mengenal dengan etnis lainnya," jelas Dias. Kunci dari membangun Indonesia dengan semangat Bhinneka adalah mau berinteraksi dengan orang yang berbeda. Bhinneka Tunggal Ika bukan hanya sebagai cerita masa lalu, tetapi agar bisa dijadikan sebagai pedoman kehidupan sehari-hari. 

Jika berbicara tentang Bhinneka Tunggal Ika, terdapat hal-hal besar dan juga perbedaan-perbedaan, perbedaan ini bisa kita maknai sebagai suatu kekuatan dan semangat. "Berbicara terkait etos kerja, ini berhubungan dengan skill, semangat untuk bekerja, semangat dalam bertanggung jawab, untuk ASN DIY yaitu semangat melayani tanpa membeda-bedakan," imbuh Sukarno. Dalam hal ini, Bhinneka Tunggal Ika juga mendasari semangat bagi seluruh ASN dan juga masyarakat di DIY, jangan sampai perbedaan suku, agama, RAS, kepercayaan itu sebagai penghambat. 

Bahasa, agama dan juga kepercayaan itu merupakan menjadi bagian kesatuan dari proses peradaban, tidak mungkin harus semuanya sama. "Jangan sampai ada anggapan bahwa kalau ada orang luar datang ke Yogyakarta akan menimbulkan masalah, jadi bagaimana kita menganggap ini merupakan berkah bagi Yogyakarta dengan banyaknya teman-teman dari luar Yogyakarta," jelas Aris Eko Nugroho. Ada berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah DIY untuk menghargai perbedaan, salah satunya yaitu Selendang Sutera (Semarak Legenda Suku se-Nusantara) dari Dinas Kebudayaan DIY. (Aim)