Kulon Progo (14/03/2023) paniradyakaistimewan.jogjaprov.go.id - Kabupaten Kulon Progo melalui Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo menggelar agenda tradisi Nyadran Agung. Agenda ini dilaksanakan di Alun-Alun Wates, Kabupaten Kulon Progo. Tradisi Nyadran Agung merupakan salah satu event unggulan yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo lantaran tradisi tersebut benar-benar menampilkan kearifan lokal masyarakat sehingga menjadi ikon daerah.

Plt Asisten Sekda Bidang Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, Aris Eko Nugroho, mewakili Gubernur DIY mengungkapkan, tradisi nyadran adalah salah satu warisan budaya Islam-Jawa yang diajarkan oleh Wali Sanga, yang terangkai bagaikan sebuah untaian legenda, penuh ketakjuban, karena sarat makna keIslamannya. Wali Sanga dikenal bukan hanya penyebar Islam yang gigih dan produktif, melainkan juga perintis berbagai kegiatan kreatif tradisi dan seni Islami.

“Banyak khazanah budaya lokal, yang diubah menjadi ekspresi baru melalui cara-cara yang halus, dengan mengubah estetikanya dengan memasukkan sistem nilai yang Islami. Hasilnya dapat kita nikmati dalam berbagai bentuk tradisi dan seni”, ungkap Aris Eko Nugroho pada saat membacakan sambutan Gubernur DIY.

Selain melibatkan seluruh organisasi perangkat daerah (OPD), pemerintah kapanewon dan pemerintah kalurahan serta masyarakat, tradisi Nyadran Agung juga dihadiri sejumlah warga Kulon Progo yang menjadi pejabat di luar daerah di antaranya Bupati Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan, Sukamta dan Wakil Wali Kota Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan, Wartono.

Selain itu, Nyadran Agung juga turut dimeriahkan dengan gunungan hasil bumi dari 12 kapanewon di yang ada Kabupaten Kulon Progo. Dari 20 gunungan, ada 3 gunungan utama. Gunungan pertama berisi apem bermakna permohonan ampunan kepada Tuhan. Gunungan kedua tumpeng mengandung simbol doa keselamatan yang digambarkan bentuk tumpeng mengerucut ke atas. Gunungan ketiga hasil bumi mengandung makna rasa syukur manusia sudah diberi kelimpahan rejeki oleh Tuhan.

“Besar harapan, bahwa tradisi Nyadran Agung ini juga menjadi sebuah pencerahan batin kolaboratif, seiring upaya menyegarkan spiritualitas, dan pelestarian budaya masyarakat Kabupaten Kulon Progo serta dapat bisa lebih menghargai keistimewaan yang ada di Yogyakarta”, jelas Aris Eko Nugroho. (Aim)